Melewati Masa Transisi: Strategi Adaptasi Mahasiswa Baru di Lingkungan Kampus
Nama : Yossy Okvanisa I.P
Dosen Pengampu : Desi Nurwidawati, S.Si., M.Sc.
Pendahuluan
Sifat utama manusia adalah sebagai makhluk sosial yang selalu bergantung
satu sama lain. Individu biasanya tumbuh dan berkembang karena berada di
sekitar orang lain. Pertumbuhan suatu individu akan terus berkelanjutan dari
bayi hingga masa tua. Perubahan dan perkembangan ini mencakup banyak aspek,
termasuk aspek biologis, mental, sosial, dan budaya (Widodo, 2021). Adanya perubahan dan perkembangan tersebut tentu
akan menimbulkan persoalan bagi dirinya sendiri, dan untuk mengatasinya
seseorang harus memiliki kemampuan dalam hal penyesuaian diri. Oleh karena itu,
penyeseuaian diri (self adjustment) menjadi sangat penting untuk
didimiliki oleh setiap orang terutama pada mahasiswa baru.
Memasuki dunia perkuliahan adalah salah satu transisi paling penting dan
sulit dalam kehidupan seseorang. Ini adalah titik awal bagi banyak mahasiswa
baru untuk mengeksplorasi lebih banyak potensi mereka dan menjadi lebih
mandiri. Beradaptasi dengan lingkungan kampus yang baru tidaklah mudah.
Perkuliahan membawa perubahan besar di banyak aspek kehidupan, seperti sistem
pembelajaran yang lebih kompleks, peran tanggung jawab yang lebih besar, dan
lingkungan sosial yang lebih beragam. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock
(1980) dalam (Aldiyaansyah, 2022), bahwa penyesuaian sosial merupakan salah satu
tugas yang paling menantang dalam pengembangan remaja.
Menurut White dan Watt dalam (Estiane, 2015) menyatakan bahwa, sistem pembelajaran yang
berbeda antara masa sekolah dan masa perkuliahan adalah penyebab utama suatu
mahasiswa mengalami penyesuaian diri. Mahasiswa baru harus beradaptasi dengan
perubahan di perguruan tinggi karena proses pembelajarannya yang lebih cepat,
kebutuhan akan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi, perbedaan materi
dengan sekolah menengah, metode pembelajaran dosen, dan pengurusan perkuliahan
secara mandiri oleh mahasiswa.
Oleh karena itu, penyesuaian diri sangat penting bagi mahasiswa baru untuk
menghadapi berbagai tantangan dan perubahan di lingkungan kampus. Tidak hanya
penyesuaian diri saja, dukungan sosial yang kuat dari lingkungan mereka dapat
membantu mereka mengatasi masalah dan melalui masa transisi dengan baik
(Cutrona, 1996). Hal ini menunjukkan bahwa penyesuaian diri tidak hanya
berkontribusi pada kesuksesan akademik, tetapi juga pada kesejahteraan secara
keseluruhan. Diharapkan diskusi ini akan membantu mahasiswa baru
mengidentifikasi masalah yang mereka hadapi dan menemukan solusi untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus. Strategi-strategi ini akan membantu
mencapai keberhasilan akademik dan membangun fondasi kehidupan sosial dan
emosional yang kuat selama masa perkuliahan.
Hasil dan
Pembahasan
Dalam penelitian
tentang penyesuaian diri mahasiswa baru, diperoleh data hasil dan pembahasan
yang mencakup beberapa aspek, yaitu:
1. Adaptasi (Adaptation)
Aspek adaptasi termasuk kemampuan siswa untuk mengarahkan diri, realistis,
objektif, dan rasional. Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas siswa baru
memiliki kemampuan adaptasi yang baik, seperti yang ditunjukkan oleh perspektif
realistis mereka terhadap kemampuan mereka dan kemampuan merencanakan tujuan.
Sebagai contoh, sebagian besar siswa mendapatkan skor rata-rata tinggi pada
pernyataan pada aitem 20 seperti "saya memiliki cara-cara efektif untuk
mengelola stres dan kekecewaan dalam hidup saya" Namun, indikator
"saya selalu mencari umpan balik dari orang lain untuk meningkatkan diri
saya" pada aitem 13 menunjukkan bahwa beberapa siswa masih kesulitan
membuat keputusan terencana.
2.
Konformitas (Conformity)
Konformitas termasuk kemampuan siswa untuk mengendalikan emosi mereka dan mengurangi penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tidak adaptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mampu menjaga ketenangan emosi saat menghadapi situasi sulit, seperti yang ditunjukkan oleh skor tinggi pada pernyataan pada aitem 18 "saya dapat mengatasi rasa kecewa dengan cepat dan kembali fokus pada tugas yang ada." Selain itu, indikator tanggung jawab atas tindakan sendiri juga menunjukkan hasil yang baik—lebih dari 70% siswa menunjukkan sikap bertanggung jawab tanpa menyalahkan orang lain, seperti yang ditunjukkan oleh pernyataan pada aitem 9 ” Saya merasa mampu mengekspresikan perasaan saya dengan cara yang sehat dan membangun”. Namun, beberapa siswa menghadapi masalah secara langsung dan menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti menghindari masalah atau menolak kenyataan.
Penguasaan Diri (Mastery)
Penguasaan diri mencakup kemampuan siswa untuk menggunakan pengalaman masa lalu untuk belajar darinya dan mengatasi kesulitan secara konstruktif. Menurut hasil analisis, pernyataan pada item 5 ” Saya membuat perencanaan ketika memiliki tujuan yang ingin dicapai" menerima skor tinggi, dan sebagian besar siswa memiliki kemampuan untuk menggunakan pengalaman masa lalu mereka untuk pengembangan diri, seperti yang ditunjukkan oleh pernyataan "Saya sering merefleksikan pengalaman masa lalu untuk menjadi pribadi yang lebih baik." Hal ini menunjukkan bahwa beberapa siswa masih belum menemukan cara baru untuk menangani masalah.
Variasi Individu (Individual Variation)
Kemampuan siswa untuk mengelola stres dan frustrasi adalah bagian dari
variasi individu. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar siswa baru
memiliki cara yang efektif untuk mengatasi stres, seperti yang ditunjukkan oleh
skor tinggi pada pernyataan item 8 " Saya tidak membiarkan perasaan saya
menguasai keputusan yang saya buat." Selain itu, sebagian besar siswa juga
memiliki kemampuan untuk mengatasi frustrasi, seperti yang ditunjukkan oleh
skor tinggi pada pernyataan item 14 ”Saya percaya bahwa belajar adalah proses
seumur hidup yang tidak pernah berhenti”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa baru dapat
beradaptasi dengan baik, mengendalikan emosi mereka, belajar dari pengalaman
mereka, dan mengelola stres dan frustrasi. Namun, beberapa siswa masih
menghadapi masalah dalam membuat keputusan terencana, menangani masalah secara
langsung, dan menemukan solusi baru untuk masalah. Membuat rencana tujuan dan
melakukan evaluasi pencapaian diri secara teratur adalah beberapa cara yang
dapat digunakan untuk membantu siswa baru beradaptasi. Selain itu, siswa
disarankan untuk belajar mengendalikan emosi melalui teknik relaksasi dan
menangani masalah dengan sikap positif. Mereka juga harus selalu merefleksikan
pengalaman masa lalu mereka untuk belajar dari kesalahan mereka, mengatur
jadwal mereka dengan baik, dan mencari dukungan sosial untuk membantu mereka
mengatasi stres. Mahasiswa baru diharapkan dapat lebih mudah beradaptasi dengan
kehidupan kampus, mencapai prestasi akademik, dan menjaga kesejahteraan
emosional mereka dengan menggunakan pendekatan ini.
Simpulan
Mahasiswa baru harus memiliki kemampuan penyesuaian diri yang penting untuk
menghadapi berbagai perubahan dan kesulitan di lingkungan kampus. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa baru dapat beradaptasi dengan
baik, mengendalikan emosi mereka, belajar dari pengalaman sebelumnya, dan
mengelola stres dan frustrasi dengan baik. Namun, beberapa siswa masih
mengalami kesulitan dalam membuat keputusan terencana, menangani masalah secara
langsung, dan menemukan solusi baru untuk masalah. Strategi adaptasi dan
dukungan sosial yang tepat dapat membantu siswa mengatasi tantangan, mendukung
prestasi akademik, dan meningkatkan kesejahteraan sosial dan emosional mereka.
Daftar Pustaka
Aldiyaansyah, M. A. (2022). Strategi
beradaptasi untuk mahasiswa perantauan terhadap lingkungan baru. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1–7.
Cutrona E.C. (1996). Social Support in Couples. New Delhi: SAGE
Publications,. Inc.
Estiane, U. (2015). Pengaruh Dukungan Sosial Sahabat Terhadap Penyesuaian
Sosial Mahasiswa Baru di Lingkungan Perguruan Tinggi. Jurnal
Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental, 4(1),
29–40.
Widodo, B. (2021). Gambaran
Penyesuaian diri Mahasiswa Baru Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Kampus Kota Madiun Tahun Akademik 2020/2021. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, 4(8), 899–907. https://doi.org/10.54371/jiip.v4i8.364
Komentar
Posting Komentar